Hari Puisi Sedunia: Apa Kabar Puisi di Tanah Air?

- 21 Maret 2023, 14:43 WIB
Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS. dok lamban sastra lampung
Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS. dok lamban sastra lampung /

 

"Harapan kita, negara (pemerintah) harus hadir dalam keterpencilan sastra di masyarakat. Seperti kehadiran negara di kancah politik, ekonomi, olahraga, maupun agama sekalipun," ucapnya.

"Kita tak menginginkan dua kali harus membayar dalam membangun bangsa yang beradab dan penuh toleransi, seperti yang telah terjadi di negara ini. Yakni kerusuhan antaretnis dan suku. Sebab, ada yang lupa dalam keberbangsaan ini; kita satu bangsa, bahasa, dan tanah air. Sumpah Pemuda yang teksnya dikonsep salah satunya sastrawan: Muhammad Yamin itu," kata Isbedy.

 

Pemerintah memunyai "perpanjangan tangan" dalam memajukan kesenian, maka berdayakan itu. Bukan cuma untuk pajangan atau pameran bahwa negara merasa sudah peduli bagi kemajuan -- dalam hal ini karya sastra -- sementara realitanya nihil. Belum menyentuh esensial sebagaimana terkandung dalam lirik lagu "Indonesia Raya": bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.

Jiwa dulu yang semestinya dibangunkan, dijayakan, diutamakan. Artinya, nilai spritual (hati) yang diutamakan bagi manusia agar keseimbangan hidup. Sesudahnya, "bangunlah badannya". Di sini, pembangunan fisik -- otot -- dilakukan. Atau kedua-duanya sekaligus: bangun jiwa dan bangun badannya.

 

Momen Hari Puisi Sedunia tahun 2023, Isbedy mengajak kita semua berkemas untuk menata puisi menjadi bagian penting pula dalam gemuruh perpolitikan yang siap-siap menuju Tahun Politik. "Keriuhan politik mesti diimbangi katarsis puitik," ucapnya.***

Halaman:

Editor: Nizwar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x