Hari Puisi Sedunia: Apa Kabar Puisi di Tanah Air?

- 21 Maret 2023, 14:43 WIB
Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS. dok lamban sastra lampung
Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS. dok lamban sastra lampung /

Hampir setiap perjusngan bangsa di dunia, peran penyair (sastrawan) sangat penting. Sebut saja Mohammad Iqbal, yang berjuang untuk Pakistan. Muhammad Yamin, Chairil Anwar, Asrul Sani, Rifai Avin, dll. di Indonesia.

Para penyair (sastrawan) itu berada di depan memerjuangkan kemerdekaan dan kebebasan umat manusia.

Maka tak berlebihan apabila UNESCO menetapkan Hari Puisi Sedunia setiap 20 Maret. Hal ini untuk merayakan bentuk ekspresi, identitas, budaya, dan bahasa manusia dalam karya sasta puisi.

Sayangnya, ekspresi manusia dalam puisi nyaris terabaikan. Bahkan di Indonesia yang notabene menjunjung peradaban (budaya) adiluhung. Karya sastra "disingkirkan" bahkan sejak di bangku sekolah. Pelajaran karya satra terlalu sedikit dibanding dengan pengajaran bahasa. Padahal tulangpunggung sastra adalah bahasa. Dengan sastra yang baik, niscaya pemakaian bahasa pun akan baik pula.

 

"Tantangan pemajuan karya sastra (puisi) kini sangat besar. Media massa (cetak) yang kini satu demi satu runtuh oleh kejayaan gempuran internet (online) yang telah masuk ke ruang privasi manusia, serta menggusur rubrik-rubrik sastra di sana," tutur Isbedy.

Seorang kritikus terkemuka H.B. Jassin pernah melaungkan bahwa sebuah media massa tanpa adanya ruang budaya adalah 'barbar'. Kenyataannya kini, bukan saja ruang budaya tergusur melainkan bersama-sama medianya!

Media online yang memiliki adagium bahwa setiap peristiwa semakin cepat sampai ke pembaca lebih baik dan dianggap keberhasilan, kian melupakan karya puisi.

Halaman:

Editor: Nizwar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x