21 Maret Hari Puisi Sedunia: Eksplorasi Kondisi dan Emosi Melalui Kata-kata

21 Maret 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi puisi. /Pixabay/koboompics /

WAKTU LAMPUNG - Tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day. Hal ini untuk merayakan bentuk ekspresi, identitas, budaya, dan bahasa manusia dalam karya sasta puisi.

 

Hari Puisi Sedunia telah disahkan oleh UNESCO pada tahun 1999 sebagai peringatan internasional. "Memberikan pengakuan dan dorongan baru bagi gerakan puisi nasional, regional, dan internasional", ujar UNESCO saat meresmikan.

Hari puisi umumnya dirayakan pada bulan Oktober, dan pada akhir abad ke-20 komunitas dunia merayakannya pada tanggal 15 Oktober, hari lahir Virgil, penyair wiracarita Romawi era Augustus. Tradisi merayakan hari puisi nasional atau internasional pada bulan Oktober masih diterapkan di banyak negara.

 

Puisi pertama kali muncul dengan judul 'Epic of Gilgamesh' sekitar tahun 2000 SM. Namun, puisi diperkirakan sudah ada sebelum penyebaran literasi.

Banyak jenis puisi yang populer dan menjadi tren dari masa-kemasa dan terus mengalami perkembangan. Tujuan adanya puisi adalah untuk mengekplorasi kondisi manusia dan memunculkan emosi melalui kata-kata.

 

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengadopsi Hari Puisi Sedunia pada 21 Maret 1999. Peringatan internasional itu diadopsi UNESCO melalui Konferensi Umum ke-30 di Paris untuk "memberikan pengakuan baru dan dorongan untuk gerakan puisi nasional, regional dan internasional."

UNESCO tersebut berharap dapat menginspirasi perayaan puisi di seluruh dunia, melestarikan bahasa yang terancam punah, dan membangkitkan ekspresi puitis hingga hari ini. Membaca, menulis, dan mengajar puisi didorong agar menyatu dengan media ekspresi lainnya seperti musik, tari, lukisan, dan lainnya.

 

Puisi juga sering disebut sebagai sajak yang dibuat dengan irama, rima, bait, dan memiliki makna. Sehingga, Hari Puisi Sedunia merupakan kampanye untuk mendukung keanekaragaman linguistik melalu puitisnya kalimat dan meningkatkan kesempatan bahasa yang terancam punah.***

Sumber : Pikiran Rakyat

Editor: Nizwar

Tags

Terkini

Terpopuler