Ini 3 Kuliner Lampung Barat Dibuat Saat Nayuh, Nomor 3 Bentuknya Unik tapi Telah Hilang

10 Februari 2023, 21:01 WIB
Ilustrasi bentuk buak atau kue jalabia /Waktu Lampung Online/

WAKTU LAMPUNG - Lampung adalah salah satu daerah yang kental dengan adat dan budayanya. Dalam menggelar suatu upacara adat ada syarat tertentu yang harus dipenuhi.

Bukan hanya itu, saat nayuh juga ada kuliner khas yang dibuat. Baik nayuh yang mengumpulkan seluruh tokoh adat setempat maupun hanya beberapa saja.

Nayuh sendiri adalah suatu tradisi di suatu daerah, termasuk di Lampung Barat saat ada perkawinan maupun sunatan. Ada pula digelar saat hendak mendiami rumah.

Baca Juga: Ini Satu-satunya Kada di Lampung Menerima AK PWI HPN Medan 2023, 9 Lainnya Cek di Sini

Saat nayuh itu, ada jenis kuliner khas yang dibuat. Ada yang hanya dibuat saat nayuh saja. Ada pula yang dibuat di momen tertentu, sepreti hari raya.

Waktu Lampung akan bahas kuliner khas Lampung Barat, baik yang dibuat saat pesta pernikahan, sunatan mapun di momen-momen tertentu.

 

1 Lemang

Lemang adalah kuliner di Lampung Barat yang dibuat saat nayuh, disebut ngelemang. Lemang juga kerap dibuat menjelang hari raya.

Lemang ini ada dua macam, lemang biasa dan lemang sulokh. Bedanya, lemang sulokh ini memakai daun yang digulung dan dimasukkan ke bambu yang telah disiapkan. Sementara lemang biasa tidak memakai daun.

Baca Juga: Bupati Dendi Bawa Wastra Pesawaran Sulam Jelujur hingga Manca Negara: New York Fashion Week

Lemang ini berbahan baku ketan, santan kelapa yang telah diberi garam secukupnya. Ada pula yang dicampur kemiri.

Ketan tadi dimasukkan ke dalam bambu khusus. Kemudian diberi santan kelapa tadi.

Biasanya, bambu untuk lemang ini juga dicari atau diambil secara bersama-sama, biasanya disebut kepancung (Mencari bambu jenis tertentu untuk lemang).

Setelah pancung--bambu jenis tertentu-- dibersihkan (Biasanya dibawa ke sungai digosok dengan pasir) dibawa ke tempat nayuh dan dikumpulkan di suatu tempat.

Baca Juga: Ada Rumah Berusia 300 Tahun di Lampung Barat, Bangunan Tahan Gempa yang jadi Warisan Budaya

Malam harinya, khusus untuk para pria, ketan tadi dimasukkan ke pancung atau bambu itu. Acara ini biasanya disebut ngisiko lemang atau mengisi bambu tadi dengan ketan.

Pada pagi harinya, lemang itu dimasak di jilatan api yang sudah disiapkan.

Setelah dirasa matang, kulit bambu ini dibuang baru kemudian dipotong dan bisa disajikan.

 

2 Siwok

Siwok sendiri jika diartikan secara bahasanya berarti ketan. Namun yang dimaksud siwok saat nayuh adalah olahan ketan yang telah dimasak dengan campuran gula merah dan sedikit parutan kelapa.

Baca Juga: Gubernur Lampung Arinal Disambut Wastra Lampung Barat di Sekolah Kopi

Pendeknya, siwok yang dimaksud di sini adalah semacam wajik dengan gula merah. Biasanya gula aren.

Sama dengan ngelemang, saat nayuh biasanya siwok ini diolah dan dimasak oleh para bapak-bapak. Waktunya biasanya bersamaan saat ngisiko lemang. Ada pula yang pagi hari saat memasak lemang. Agenda ini biasanya disebut nyekhlai siwok.

Bahan bakunya, ketan, gula merah dan kelapa yang sudah diparut.

Cara memasaknya, gula dipanaskan kemudian dimasukkan parutan kelapa dan terakhir ketan.

Setelah dinilai sudah layak atau matang. Siwok tadi diangkat dan ditaruh di tempat yang telah disiapkan. Jika dahulu dibungkus dengan daun pisang. Kini lebih modern ditaruh di mika.

 

3 Buak Jalabia

Buak (Kue) Jalabia yang dimaksud di sini bukanlah jalabia kebanyakan yang kita temui di pasaran.

Jalabia satu ini cukup berbeda dan memang sejak periode tahun 2.000-an sudah jarang terlihat saat nayuh. Khususnya di Pekon Padangcahya, Balikbukit.

Terakhir penulis melihat buak jalabia ini sekitar tahun 1990-an.

Baca Juga: Kapan Provinsi Lampung dan 15 Kabupaten-Kotanya Terbentuk? Cek di Sini, Lengkap

Bentuk kue jalabia ini memang tidak biasa, mirip gir motor.  Besar lingkarannya, mirip gir motor bagian belakang, sekitar ukuran 40.

Kue Jalabia ini biasanya dibuat saat nayuh saja. Ini juga disebut kue adat. Kue jalabia ini juga dikenal keras atau tidak renyah.

Penulis sendiri cukup kesulitan mencari sumber terkait kue jalabia berbentuk mirip gir motor ini. Maklum terakhir melihat saat masih duduk di bangku sekolah dasar, sekitar kelas II SD.***

Editor: Merli Sentosa

Tags

Terkini

Terpopuler