RSUD Abdul Moeloek Jadi RS Pengampu Kanker

- 23 Maret 2023, 15:23 WIB
Dikrektur RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dr. H. Lukman Pura, Sp.PD., KGH., MHSM./foto nizwar/
Dikrektur RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dr. H. Lukman Pura, Sp.PD., KGH., MHSM./foto nizwar/ /

WAKTU LAMPUNG - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tidak lama lagi akan menjadi RS Pengampu Kanker. Hal tersebut sebagai upaya untuk mendukung implementasi Transformasi Sistem Kesehatan, yang merupakan bagian dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tahun 2022-2024.

 

Dikrektur RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dr. H. Lukman Pura, Sp.PD., KGH., MHSM. telah menyampaikan paparan kesiapan pada Selasa (21/3/2023) lalu, di RS Kanker Dharmais.

"Baru paparan tadi di Rumah Sakit Dharmais, sebagai kesiapan kita (RSUD Abdul Moeloek) menjadi RS Pengampu Kanker," ucapnya saat bertemu wartawan media ini di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa siang.

"Kenapa harus ke Dharmais, karena itu RS Pengampu Nasional Layanan Kanker. Sebenarnya, tahun ini kita target RSUD Abdul Moeloek menjadi pengampu untuk sembilan layanan kesehatan," ujar Lukman Pura melanjutkan.

 

Untuk diketahui, sebagai RS vertikal bahwa RSUD Abdul Moeloek memprioritaskan layanan otak dan stroke, jantung dan pembuluh darah, paru, ginjal, kanker, ibu dan anak, serta penyakit infeksi emerging.

"Dari sembilan pengampuan, semua ada di RSUD Abdul Moeloek dengan masing-masing level pelayanannya, yakni Utama, Madya, dan Dasar. Semua akan terus meningkat seiring waktu dan effort perubahan yang dilakukan, seperti onkologi (ilmu kedokteran yang fokus pada penyakit kanker)," ujarnya. 

"Ini sesuai harapan Gubernur Lampung agar RSUD Abdul Moeloek dapat memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat di Provinsi Lampung," ujar Lukman Pura lagi.

 

Terbaik dalam pengertian, tidak hanya memberikan layanan dokter terbaik namun juga RSUD Abdul Moloek harus memperbaiki sistem pengobatan yang sesuai dengan standar klinis yang telah ditetapkan. "Termasuk diimbangi dengan tersedianya teknologi yang mengikuti perkembangan digital," katanya.

Khusus Kanker, lanjut Lukman Pura, ada empat ruang lingkup yang akan menjadi kerjasama dengan RS Dharmais. Pertama adalah pengampuan dan jejaring kanker, khususnya kanker payudara, ginekologi, paru, dan kanker lain pada umumnya. Meliputi program promotif dan preventif, deteksi dini dan skrining, diagnostik dan terapi, registrasi kanker dan surveilans, penelitian, paliatif, rehabilitasi medik dan terapi suportif.

Kedua, adalah pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam bidang kanker.

 

Kerjasama yang ketiga yaitu registrasi kanker berbasis rumah sakit dan berbasis populasi. Keempat, yaitu dukungan pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan untuk pengembangan pelayanan kanker.

"Rumah sakit vertikal harus menjadi role model dan harus mampu menjadi pengampu rumah sakit lainnya ketika memberikan pelayanan kesehatan sampai di tingkat daerah," tutur Lukman Pura.

37 RS Vertikal di Indonesia

Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Kemenkes Sunarto dalam Siaran Sehat di Jakarta, senin pekan lalu, menuturkan bahwa saat ini jumlah RS vertikal yang ada di seluruh Indonesia mencapai 37. Sesuai dengan arahan Menkes Budi Gunadi Sadikin, RS vertikal harus menjalankan perannya dengan memenuhi tiga fungsi.

 

Pertama, rumah sakit vertikal diharapkan bisa menjadi pengampu dan pemberi contoh yang baik dalam memberikan pelayanan pada pasien dari sebelum hingga sesudah berobat. Menkes Budi mengharapkan layanan kesehatan yang diberikan setidaknya harus setara dengan level di Asia atau menyerupai negara tetangga Indonesia.

Kedua, RS vertikal didorong untuk mewujudkan program nasional. Dalam hal ini, RS vertikal tidak boleh hanya memperbaiki dirinya sendiri saja, melainkan juga harus mengampu RS sampai di pelosok daerah, baik menyangkut sumber daya manusia kesehatan maupun fasilitas yang disediakan.

 

Fungsi ketiga adalah harus menjadi tongkat riset terbaik di Indonesia. Sunarto menekankan bahwa rumah sakit vertikal yang kini sedang mengalami masa transformasi, mempunyai peran sebagai periset dan peneliti yang diharapkan bisa menghasilkan sebuah metode pelayanan terbaru agar semua aspek layanan di fasilitas kesehatan menjadi semakin baik.

Menurut Sunarto, ketiga hal yang diminta Menkes harus dicamkan secara baik oleh seluruh jajaran manajemen maupun direksi di RS vertikal.

 

Selain ketiga hal tersebut, pihak RS juga harus memberikan kesan yang baik terhadap pengalaman pasien ketika berobat. Konsep layanan kesehatan harus diubah agar masyarakat tidak kecewa dengan layanan yang diberikan atau membandingkannya dengan pengobatan di luar negeri.***

Editor: Nizwar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x