WAKTU LAMPUNG - Sastrawan legendaris Indonesia, Sapardi Djoko Damono (SDD) telah banyak menghasilkan karya. Sosoknya yang muncul dalam Google Doodle hari ini, Senin 20 Maret 2023.
Sapardi Djoko Damono lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta dan tutup usia pada 19 Juli 2020 di Tangerang Selatan, pada usia 80 tahun. Pria yang kerap dipanggil SDD ini juga menjadi dosen sastra di Universitas Indonesia (UI), dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) semasa hidupnya.
Kini sosoknya telah tiada. Meski begitu, kita masih bisa menikmati karyanya baik puisi maupun prosa. Bahkan, satu novelnya, Hujan Bulan Juni, menjadi inspirasi film berjudul serupa yang dirilis pada 2017 lalu yang disutradarai Hestu Saputra.
5 Puisi Romantis Sapardi Djoko Damono
Berikut 5 puisi romantis SDD, yang ulang tahuannya dirayakan Google Doodle hari ini, hanya untuk Anda:
Puisi 1
Sajak Kecil Tentang Cinta
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku
Puisi 2
Hujan bulan Juni
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Puisi 3
Tentang Matahari
Matahari yang ada di atas kepalamu itu
Adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang ada di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kauterima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayangmu itu.
1971
Puisi 4
Dalam Doaku
Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana
Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku
Aku mencintaimu,
itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu
Puisi 5
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(1989)
Demikian 5 puisi romantis Sapardi Djoko Damono yang bisa diketahui. Sosoknya yang ikut dirayakan kelahirannya oleh Google Doodle hari ini.***
Sumber : Pikiran Rakyat