Ada Gerhana Bulan di Bulan Ramadhan 2024, Bisa Diamati dari 3 Wilayah Ini, Ini Jadwalnya

- 25 Maret 2024, 11:04 WIB
Ilustrasi Gerhana Bulan
Ilustrasi Gerhana Bulan /Getty Images/Brook Mitchell

WAKTU LAMPUNG - Gerhana bulan penumbra dan satu-satunya yang dapat disaksikan di Indonesia tahun 2024 ini terjadi pada Bulan Ramadhan, Senin, 25 Maret 2024.

Gerhana bulan penumbra ini memang tak bisa diamanti di seluruh wilayah Indonesia. Tercatat hanya tiga wilayah yang bisa menyaksikannya, yakni Papua, Papua Barat, dan sebagian wilayah di Maluku.

Disadur dari Pikiran-rakyat.com (jaringan Waktu Lampung Online), wilayah lain di seluruh dunia juga dapat melihat fenomena gerhana bulan penumbra ini, meskipun sebagian besar wilayah Asia, Australia, Rusia, Afrika, dan Eropa tidak akan dapat menyaksikannya.

Proses Gerhana Bulan Penumbra pada 25 Maret 2024 terbagi menjadi tiga fase.

Yakni fase gerhana mulai, fase puncak gerhana, dan fase gerhana berakhir.

Berikut adalah rangkaian waktu kejadian Gerhana Bulan Penumbra 25 Maret 2024.

Fase Gerhana Mulai (P1)

Pukul 04.50 UT

Pukul 11.50 WIB

Pukul 12.50 WITA

Pukul 13.50 WIT

Fase Puncak Gerhana

Pukul 07.12 UT

Pukul 14.12 WIB

Pukul 15.12 WITA

Pukul 16.12 WIT

Fase Gerhana Berakhir (P4)

Pukul 09.34 UT

Pukul 16.34 WIB

Pukul 17.34 WITA

Pukul 18.34 WIT

Apa Itu Gerhana Penumbra?

Gerhana bulan merupakan salah satu fenomena alam yang menakjubkan, di mana sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Fenomena ini dibagi menjadi tiga jenis, termasuk gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian, dan gerhana bulan penumbra.

Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika piringan purnama memasuki bayangan penumbra bumi. Rhorom Priyatikanto, seorang peneliti dari Pusat Riset Antariksa BRIN, menjelaskan bahwa bayangan penumbra terbentuk saat hanya sebagian cahaya Matahari terhalang oleh Bumi.

"Peristiwa ini merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan. Fenomena ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya. Penyebabnya adalah posisi Bulan, Bumi, dan Matahari yang hampir segaris. Namun, ketiganya tidak cukup segaris untuk menghasilkan Gerhana Bulan total," ungkap Rhorom Priyatikanto.***

Editor: Merli Sentosa


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah