Peristiwa 1 Maret 1949: Serangan Umum Penegak Kedaulatan Negara Indonesia

- 1 Maret 2024, 10:50 WIB
Mengenang Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, Berikut Sejarah Terjadinya
Mengenang Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, Berikut Sejarah Terjadinya //Website Kemdikbud

WAKTU LAMPUNG - Hari ini, Jumat, 1 Maret 2024. Semua tahu di tanggal itu pada 75 tahun silam terjadi peristiwa yang menjadi simbol penegakan kedaulatan negara Indonesia.

Ya, peristiwa itu adalah Serangan Umum 1 Maret 1949. Aksi heroik para pejuang bangsa untuk menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia cukup kuat untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Serangan Umum 1 Maret 1949 digelar secara besar-besaran di wilayah Yogyakarta, yang kala itu masih menjadi Ibukota Negara. Serangan ini juga sebagai Hari Penegakkan Kedaulatan Negara.

Serangan Umum 1 Maret 1949 terjadi karena Belanda menduduki wilayah Yogyakarta dan bertindak semena-mena.

Serangan Umum 1 Maret 1949 disiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol Bambang Sugeng.

Sejak awal 1949, jajaran militer TNI sudah menyiapkan penyerangan dan penjagaan di Yogyakarta. Pada Februari 1949, muncul perintah operasi di Staf Komando Aktif Bibis yang menyatakan agar segera melakukan serangan umum di Yogyakarta.

Letkol Soeharto mendapatkan perintah untuk merumuskan strategi dan taktik penyerbuan. Setelah pembagian sub, Soeharto mulai menjalankan rencananya. Dua minggu sebelum hari H, kesatuan-kesatuan dalam kelompok mulai menyusup ke Kota Yogyakarta.

Akan tetapi, pasukan di bawah pimpinan Letnan Komaruddin lebih dulu melakukan penyerangan pada 29 Februari 1949, karena mengira bulan Februari berakhir pada tanggal 28.

Pasukan ini melakukan penyerbuan di daerah Kota Yogyakarta sampai daerah Kantor Pos, selatan jalan Malioboro.

Penyerangan berhasil, hingga menguasai daerah tersebut. Namun, karena salah perhitungan tanggal, pasukan ini bergerak sendiri, sehingga mudah dipukul mundur oleh Belanda.

Ketika itu, Yogyakarta berada di bawah pimpinan Kolonel Van Langen yang bermarkas di Hotel Tugu. Pasukan ini juga terdiri dari batalyon dan diperkuat satuan-satuan KNIL.

Letkol Soeharto sebagai Komandan Brigade X memikirkan rencana untuk melakukan serangan balasan terhadap tentara Belanda. Dia juga membagi kelompoknya dalam tujuh sub-wehrkreise yang berada pada masing-masing tempat.

Setelah sepakat dengan Jenderal Soedirman dan Kolonel Bambang Sugeng, akhirnya misi penyerangan dilakukan.

Detik-detik Serangan

Serangan Umum 1 Maret 1949 dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, saat itu, sirine keras dibunyikan di segala penjuru. Pertempuran terjadi di jantung Ibu Kota.

Dalam penyerangan itu, Letkol Soeharto sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III langsung memimpin pasukan ke sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sementara itu, sektor timur dipimpin oleh Ventje Sumual. Sektor selatan dan timur dipimpin Mayor Sardjono. Sektor utara oleh Mayor Kusno.

Kemudian, wilayah kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki. Selama enam jam, Tentara Nasional Indonesia bersama rakyat berhasil menguasai Ibu Kota Yogyakarta.

Pertempuran memuncak pada pukul 11.00 WIB, ketika bala bantuan musuh datang dari arah Magelang yang terdiri dari pasukan kavaleri NICA dan komando Gajah Merah.

Tepat pukul 12.00 WIB, pasukan mundur ke front masing-masing setelah selama enam jam menguasai Yogyakarta, dan menuju Tanjung tirto serta Maguwo pada keesokan harinya.

Berita Serangan Umum 1 Maret 1949 Tersebar hingga Luar Negeri

Keberhasilan penyerbuan besar-besaran ini tersiar sampai ke luar negeri melalui Radio PC AURI. Saat itu, pimpinan penyiaran radio pada 1949 yang berhasil mengabarkan Serangan Oemoem 1 Maret adalah Opsir Udara III Budiardjo.

Agar tidak ketahuan pasukan Belanda yang saat itu menguasai Ibu Kota Indonesia Yogyakarta, box perangkat radio diletakan di belakang rumah tepatnya di bagian dapur.

Jika siang hari perangkat radio disembunyikan dengan di “grobog” (tempat penyimpanan padi). Ketika berita Serangan Oemoem tersiar, berita itu ditangkap dan disiarkan oleh Bidaralam, Sumbar.

Kemudian di-relay AURI Takengon Aceh, lanjut ke Rangoon-Birma, New Delhi, India, hingga akhirnya ke Washington. Menariknya, siaran ini menjangkau ke forum PBB di New York.

Hasilnya, Serangan Umum 1 Maret ini sekaligus memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB. Selain mendapatkan pengakuan PBB, keberhasilan ini membuktikan bahwa kekuatan militer Indonesia masih ada. Meski tidak secara langsung, serangan ini memberikan dampak pada penyerahan kedaulatan RI pada 27 Desember 1949.

Peninggalan Sejarah

Guna mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran itu, dibangun Monumen Serangan Umum yang berada di pelataran Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Selain itu, rumah berbentuk limasan yang dulu dijadikan tempat PC Radio AURI telah diubah menjadi museum. Di depan rumah, terdapat monumen stasiun Radio PHB AURI- PC-2 yang dibangun pada 1984.

Sementara, untuk perangkat radio yang saat itu digunakan untuk menyiarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 disimpan di Monumen Jogja Kembali.***

Berita ini telah terbit di Pikiran-rakyat.com dengan judul: Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949: Indonesia Siap Mempertahankan Kemerdekaannya 

Editor: Merli Sentosa

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah