Kopi Geisha Rasa "Nano Nano", Tak Peduli Harga Berapa!

15 Maret 2023, 10:38 WIB
Ilusttasi biji kopi./pixabay/waktulampung.com/ /

WAKTU LAMPUNG - Negara-negara yang dulu berjauhan kini semakin pendek jaraknya. Semua makanan dari mereka itu bisa tersaji di satu meja di Jakarta.

 

Sepotong ikan salmon, mungkin ditemani kopi Geisha dari Panama, atau Yirgacheffe dari Ethiopia.
Hidangan khas metropolitan hasil dari domestikasi ayam (China), lada hitam ( India), kopi dari Ethiopia, bisa tersaji cepat di satu meja. Jika ada kentang, kita harus berterima kasih kepada suku-suku di Andes, Amerika Latin.

Lalu jika ke dapur para ibu rumah menggunakan jinten, millet itu dari Asia Tengah. Ketimun, wijen, dan jeruk dari India. Jagung dari Meksiko.

"Itulah keadaan kita saat ini," tulis Hendro Basuki, penikmat kopi asal Semarang, Jawa Tengah.

Dalam kurun waktu 1.700an tahun, Indonesia menerima paket dari China Selatan berupa pisang, ubi-ubian, juga talas.

 

Seperti juga kopi, Hindia Belanda membawa masuk ke Indonesia di sekitaran tahun 1696 berjenis Arabika. Lalu didatangkan lagi di sekitar tahun 1699 dengan jenis yang sama. Kopi inilah yang kemudian berkembang dengan nama _Java Coffee._
Tetapi kemudian diterpa hama daun karat yang disebabkan jamur _Hemileia vastatrux B et Br_ . Sebagian besar tanaman kopi Arabika mati.

Dari peristiwa inilah kemudian Belanda membawa masuk kopi Robusta yang lebih tahan terhadap bermacam hama di tahun 1900an. Benih didatangkan dari Kongo Belgia, sekarang Zeire. Mulailah ditanam pada September 1900 di Kebun Soember Agung, Dampit Malang. Dari sinilah Robusta Dampit terkenal.

Membentang

Arabika masih berkembang karena pemuliaan di Blawan Pasumah di kawasan Ijen Bondowoso, dan Jember keduanya di Jawa Timur. Tingginya.permintaan dunia menyebabkan Belanda mendatangkan lagi Arabika dari Ethiopia langsung pada 1928. Dulu masih bernama Abessynia.

 

Disusul kemudian, ketika Indonesia sudah merdeka didatangkan Arabika dari India tahun 1958. Pada tahun ini juga, dan ini agak aneh, didatangkan kopi dari Amerika Serikat.

Di tengah tingginya permintaan dunia, kembali Indonesia mendatangkan kopi bukan dari negeri asalnya. Tetapi dari Brazil dan Kolombia di tahun 1980 Bukan tanpa sebab. Kopi Arabika dari kedua negara ini berpohon rendah, sehingga tak sulit memanen.

Sejak didatangkan ke Indonesia kopi telah menjadi komoditi yang ditanam membentang dari Wamena- Papua di ujung timur, sampai Gayo-Aceh di barat.

Saking meratanya tanaman kopi di Indonesia, tak mengherankan manakala sebagian orang berpandangan kopi itu asli Indonesia.

 

Meskipun bibit kopi didatangkan dari Afrika Barat, Amerika Serikat, India, ataupun dari Amerika Latin, jangan berharap kopi Indonesia rasanya persis dari negeri asalnya. Itu sesuatu yang tidak mungkin. Faktor tanah, cuaca, teknik budidaya, pemrosesan, semuanya berpengaruh pada hasil akhir pada secangkir kopi. Kopi Indonesia butuh 100 tahun untuk hadir dan dinikmati kaum milenial sekarang ini.

Meski Indonesia memiliki dataran tinggi di atas 1.200 mdpl terbanyak, tetapi masih belum bisa menghasilkan kopi terbaik di dunia. Kopi terbaik masih dipegang Panama, Ethiopia, Kenya, Hawai, Kolombia baru Indonesia di peringkat 6. Disusul kemudian Guatemala, El Salvadore, dan Rwanda. Brazil meskipun merupakan penghasil kopi terbesar di dunia, tetapi kualitasnya tidak istimewa.

Dan uniknya, konsumsi kopi per kapita tertinggi adalah Finlandia rata-rata 13 kg/tahun, atau satu kg lebih per orang per bulan. Disusul Swedia, Iceland, Norwegia, Denmark, Austria, Swiss, Yunani, Bosnia, dan Jerman di peringkat 10. Negara-negara yang musim.dinginnya lebih panjang, tampak konsumsi kopinya lebih tinggi.

 

Geisha

Di antara kopi berkualitas premium yang diminati dunia adalah kopi geisha, atau gesha. Maaf, Geisha tidak ada hubungannya dengan nyonya rumah tradisional Jepang, varietas Geisha sebenarnya dinamai dari sebuah kota di Ethiopia di mana varietas ini ditanam secara luas. Meskipun dibudidayakan di negara lain, pengenalan Geisha ke Panama pada 1960-an yang memulai perjalanan sebenarnya ke puncak kopi terkenal.

Produktivitasnya tak terlaku tinggi. Membutuhkan kondisi yang tepat untuk benar - benar bersinar . Kopi ini seringkali lebih sebanding, bahkan lebih dengan kopi Ethiopia. Bahkan sekarang, negeri itu juga mendatangkan dari Panama. Geisha yang hebat sangat aromatik, dengan lapisan nada bunga dan keasaman manis yang seimbang.

Setelah mencoba secangkir saja, Hendro Basuki tidak pernah gagal untuk terpesona kopi ini. Sungguh secangkir kopi paling ajaib yang pernah ia rasakan. Hendro pun yakin, seandainya ada teman yang mencoba kopi ini hampir pasti berteriak, "Wah, yang ini luar biasa" akan sering keluar dari bibir.

 

Geisha populer di tahun 2005. Keluarga Peterson dari Boquete , Panama memasukkan kopi Geisha ke kompetisi _Best Of Panama_ . Kopi itu memenangkan kompetisi dan dijual dengan harga rekor US $ 350/pound (US$770/kilogram) pada tahun 2017. Dan, banyak Geisha alami dari Hacienda La Esmeralda membuat rekor baru _Best of Panama_ seharga US$601/pound (US$1.320/kilogram). 
Geisha. Ini semua soal rasa. Tak peduli harga berapa!.***

Editor: Nizwar

Tags

Terkini

Terpopuler