Dinkes Lampung Estimasi Penderita Gagal Ginjal Kronis 25.842 Jiwa

10 Maret 2023, 11:46 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Dr. dr. Hj. Reihana, M.Kes., saat Rapat Koordinasi Public Private Mix Program Tuberkolosis Provinsi Lampung Tahun 2023 di Grand Kutilang Hotel Kota Bandar Lampung, Selasa, 28 Februari 2023. /

WAKTU LAMPUNG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mengestimasi penderita Gagal Ginjal Kronis (GGK) di Provinsi Lampung tahun 2023 mencapai 25.842 orang. Untuk itu, Dinkes mengajak masyarakat agar peduli dan menyayangi ginjal pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, 10 Maret 2023.

 

"Tahun 2023, jumlah penduduk  usia ≥ 15 tahun berdasarkan Supas (Survei Penduduk Antar Sensus) 2015 sebanyak 6.626.202 jiwa, dengan prevalensi 0,39 persen atau 3,9 persen 0 permil (bagian per seribu)," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Dr. dr. Hj. Reihana, M.Kes., kepada Waktulampung.com, Jumat siang.

Untuk diketahui, prevalensi adalah proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam dunia kedokteran,  karakteristik yang dimaksud meliputi penyakit dan faktor risiko. Prevalensi umumnya ditentukan dengan cara memilih sampel secara acak (kelompok kecil) dari seluruh populasi, dengan tujuan sampel yang dipilih dapat mewakili populasi.

 

Reihana menjelaskan, berdasarkan prevalensi Gagal Ginjal di Provinsi Lampung berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 sebesar 0,3 persen atau 3,0 %0 (permil). Sementara prevalensi Gagal Ginjal Kronis (GGK) berdasarkan Diagnosis
Dokter pada penduduk ≥ 15 tahun menurut Riskesdas 2018 sebesar 0,39 persen atau 3,9 persen 0 (permil). 

"Terdapat kenaikan 0,9 persen 0 (permil) jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas Tahun 2013," ujar Reihana. 

Dia menerangkan Gagal Ginjal adalah penyakit gangguan organ ginjal yang diakibatkan berbagai faktor. Misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan,  metabolik, dan penyakit degeneratif.

 

Kata Reihana, penderita Gagal ginjal Kronik lebih banyak di dominasi:  Usia 25 - 34 tahun sebanyak 4.864 jiwa, dan Usia 15 - 24 tahun berjumlah 4.862 jiwa. 
"Berdasarkan jenis kelamin, laki laki sebanyak 11.424 jiwa, dan wanita 10.921 jiwa," katanya. 

Sedangkan berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas Tahun 2021 didapatkan Gagal Ginjal Kronik sebanyak 10.157 kasus. Terdiri dari laki-laki 4.633 kasus, dan perempuan 5.524 kasus. 

"Tahun 2022 terdapat sebanyak 9.587 kasus, terdiri dari laki-laki 4.446 kasus, dan perempuan 5.141 kasus," tutur Reihana.

 

Dia menyampaikan juga faktor risiko Gagal Ginjal Kronis ada dua. Pertama, faktor risiko tertinggi yang dapat dikendalikan atau diubah, seperti Diabetes Melitus Type 2, Hipertensi, Konsumsi obat nyeri, Radang Ginjal, Narkoba Psikotropika dan zat adiktif. 

Kedua faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti Riwayat Penyakit ginjal dalam keluarga, Kelahiran prematur, Trauma di daerah abdomen, dan lain-lain. 

Sayangnya, banyak masyarakat tidak tahu kalau menderita Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penyakit ginjal kronik. Bahkan kadang diketahui setelah terjadi komplikasi (kronis).

 

Menurut dia, hanya 3 dari 10 penderita PTM yang terdeteksi. Selebihnya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit karena PTM tidak ada gejala dan tanda sampai terjadi komplikasi. "Dari 3 penderita PTM tersebut, hanya 1 orang yang berobat teratur," ucaonya.

Karena itu, Reihana mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan deteksi faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat Lainnya. "Minimal 1 tahun sekali, bagi
yang berisiko 3-6 bulan sekali, dan yang sudah menderita PTM berobat secara rutin 1 bulan sekali di fasyankes," ujarnya menyarankan.

Reihana juga merekomendasikan pencegahan Gagal Ginjal Kronik dengan menerapkan perilaku CERDIK, yakni Cek Kesehatan secara rutin minimal 1 tahun sekali (Fungsi Ginjal, Gula darah, tekanan Darah, melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh: Tinggi badan, berat badan dan Lingkar perut), Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari, Diet sehat seimbang (pola makan yang baik: konsumsi buah-sayur 5 porsi sehari, batasi gula garam dan lemak, cukup cairan), serta Kelola stres dengan baik.

 

Bagi yang sudah menderita penyakit kronik PTM seperti Diabetes Melitus, dan atau Hipertensi, menurut Reihana, sebaiknya melakukan pengobatan secara
rutin di fasilitas Kesehatan untuk mendapatkan tatalaksana sesuai standar. 

"Yang terpenting menerapkan perilaku PATUH, yakni
Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi seimbang, Upayakan aktifitas fisik dengan aman, dan Hindari asap rokok, alcohol dan zat karsionogenik lainnya," ujarnya memungkasi.***

Editor: Nizwar

Tags

Terkini

Terpopuler